Pencarian

Sosok Erik Aas (CEO AXIS)

Pengalaman Erik Aas
Berbagai Pengalaman Erik Aas
                                       


Bicaranya lugas dan terbuka. Itulah gaya keseharian Erik Aas, Direktur Utama AXIS Telekom Indonesia (AXIS). Pria kelahiran Norwegia ini selalu menekankan kerja sama, dan karena itulah dia tidak anti kritik. Dia bersedia mendengarkan setiap input dari bawahan dan siapapun yang berbeda pendapat dengan dirinya. Kepada Bisnis, Erik bercerita banyak tentang ambisi dan rencana-rencana perusahaan, bagaimana cara memotivasi karyawan serta prinsip yang dianut sebagai seorang pemimpin. Berikut petikan penuturan Erik:



Bagaimana kondisi AXIS ketika pertama kali Anda masuk?

Saya memimpin AXIS sejak 2007. Saat itu perusahaan ini belum punya apapun, dan baru mulai membangun jaringan. Pada 2008, akhirnya kami berhasil me-launching di tiga kota yakni Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Kini, kami beroperasi di lebih dari 400 kota di Indonesia.

Suasana di industri telekomunikasi saat itu masih penuh dengan ketidakpastian dengan jumlah perusahaan sebanyak 10 operator telekomunikasi yang mencakup 18 merek di pasaran. Tidak ada seorang pun yang tahu pasti akan menjadi seperti apa industri ini ke depannya dan bagaimana tahapannya.

Seperti yang sudah saya perkirakan ketika pertama kali melihat peta industri ini di Indonesia, terjadilah perang tarif yang sangat kompetitif pada 2009 hingga akhirnya mengerucutkan peta persaingan, yakni ada operator baru dan tiga operator besar.

Perang tarif pada akhirnya tidak hanya membuat masyarakat bisa menikmati layanan telekomunikasi dengan harga jauh lebih murah, namun juga memberi kejelasan peta kompetisi di industri. AXIS kini berada di posisi keempat, sekaligus membuktikan diri sebagai pemain baru yang serius.

Pernahkah menghadapi masa-masa sulit?

Masa yang paling sulit bagi saya terjadi ketika pertama kali meluncurkan AXIS pada 2008, di tengah ketatnya kompetisi dari banyaknya merek di pasaran, di mana satu operator memiliki lebih dari satu merek hanya untuk layanan prabayar. Apalagi jangkauan layanan AXIS masih sangat terbatas.

Jujur, saat itu tidak ada orang yang butuh AXIS. Akan tetapi , dalam kurun waktu 4 tahun  AXIS berhasil meraih posisi sekarang dengan kerja keras tim dan dukungan banyak pihak.

Bagi saya, memberikan layanan terbaik kepada pelanggan yang sudah memakai AXIS jauh lebih penting dibandingkan dengan mengejar sebanyak-banyaknya pengguna/pelanggan baru.

Saat ini, jaringan dan jangkauan layanan AXIS memang belum ada di seluruh wilayah Indonesia, namun di mana kami ada, pelanggan bisa merasa puas dengan kualitas layanan yang diberikan, tidak ada promosi menyesatkan dan keluhan yang diabaikan.

Kami mengelola akun di sosial media, khususnya Facebook dan Twitter dengan target melayani setiap keluhan dan masukan yang disampaikan di sana, tidak harus melakukan panggilan telepon ke costumer service.

Layanan yang baik inilah yang menjadi modal rekomendasi menggunakan AXIS dari pelanggan ke teman mereka dan akhirnya membuat kami berada di posisi sekarang. Rekomendasi dari teman juga membuat pengguna baru lebih bertahan lama sebagai pelanggan.

Bagaimana cara Anda memotivasi karyawan?

Bagi saya, orang akan mau bekerja lebih maksimal di lingkungan yang membuat mereka nyaman. Tidak boleh ada batasan kasta atau jenjang. Saya mendesain AXIS menjadi kantor dengan lingkungan sangat terbuka, orang bebas bicara, dan struktur organisasi simpel.

Kebijakan ini mungkin tidak normal di Indonesia, akan tetapi semua dimulai dari konsep open office.

Kantor AXIS tidak memiliki lantai khusus bagi direksi. Setiap direktur ada di lantai yang sama dengan anak buahnya masing-masing, sehingga proses komunikasi dan pengambilan keputusan di setiap divisi bisa dilakukan dengan cepat dan efisien.

Hal tersebut juga mengeliminasi adanya politik kantor. Tanpa urusan politik kantor, orang bisa bekerja dengan lebih fokus, setiap rencana perusahaan banyak yang orang tahu dan terlibat untuk membantu agar bisa selesai lebih cepat atau lebih baik dari target.

Direktur di AXIS juga tidak memiliki ruang khusus, apalagi sebuah kursi khusus, termasuk saya. Mereka duduk dan bekerja di kursi, komputer, dan akses internet berkualitas sama dengan yang digunakan pegawai lainnya.

Saya bisa bekerja di lantai yang berbeda. Jika kami sedang fokus untuk meluncurkan program pemasaran, misalnya, saya bisa berkantor di lantai pemasaran selama 1 atau 2 pekan untuk merasakan dan ikut membantu jika dibutuhkan.

Bagaimana Anda mempersepsikan pelanggan maupun pesaing?

Tidak ada nomor ekstensi telepon di kantor, semua orang punya ponsel dengan nomor AXIS untuk komunikasi di kantor dan sehari-hari. Hal itu juga berguna agar perusahaan merasakan apa yang dirasakan pelanggan.

Jika ada masalah seperti penurunan kualitas layanan, pasti saya dan tim manajemen langsung tahu karena komunikasi kami juga sama-sama terganggu.

Terkait kompetor, kami berupaya melakukan hal berbeda. Ketika operator lain perang tarif dengan promosi namun banyak syarat dan ketentuan berlaku yang sering dikeluhkan pengguna, kami berikan promosi dengan jujur dan bisa dibuktikan.

Kami tidak ingin menjatuhkan operator lain, kompetitor harus dihormati. AXIS masuk dengan hal yang berbeda dan ternyata bisa diterima juga oleh masyarakat.

Bagaimana Anda memperlakukan karyawan yang menentang kebijakan perusahaan?

Saya menerima kritik dengan terbuka. Jika ada orang yang ingin mengganjal, ya silahkan utarakan dan mari cari solusi bersama, yang pada akhirnya dapat diterima semua pihak dan semakin memajukan perusahaan.

Bagi saya perusahaan harus terbuka. Pemegang saham AXIS adalah dua perusahaan yang sangat besar dan mereka suka dengan caea berjalannya perusahaan ini.

Pernahkan Anda mengambil keputusan yang kemudian disesali?

Saya tidak memiliki keputusan yang akhirnya disesali. Namun, pastinya ada beberapa keputusan yang buruk yang pernah saya ambil. Setiap pemimpin pasti pernah mengambil keputusan buruk, namun pemimpin yang baik lebih banyak mengambil keputusan baik. Dan  semoga saya berada di posisi ini.

Saya menanamkan kepada setiap karyawan bahwa evaluasi dari setiap kegiatan atau aksi perusahaan dilakukan bukan untuk menyesali, namun belajar dan mencari apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik di masa mendatang.

Adakah keputusan Anda yang dianggap paling monumental?

Ada banyak pengalaman besar selama saya berada di sini. Sebagai pemimpin hal yang paling berkesan saat melihat tim yang telah saya bangun bekerja dengan sangat baik, bersemangat, berani beda, dan bekerja keras.

Mungkin salah satu keputusan yang terbaru yang cukup penting adalah saat kami meluncurkan layanan data. Kini AXIS memiliki tiga layanan data yang berbeda, pengguna tinggal memilih sesuai dengan kebutuhannya.

Jika terjadi situasi krisis, langkah prioritas apa yang akan Anda lakukan?

Saya termasuk orang yang tidak percaya jika ada krisis langsung di industri telekomunikasi karena semua orang butuh komunikasi. Apalagi di Indonesia masyarakatnya suka ngobrol.

Jika terjadi krisis finansial sehingga masyarakat mengurangi anggaran komunikasi mereka dan AXIS terkena dampak, ada dua prioritas yang saya lakukan.

Pertama, sebiasa mungkin mempertahankan kualitas layanan kepada pelanggan yang ada sehingga mereka tetap loyal menggunakan AXIS. Kedua, tetap bertahan dengan tim manajemen yang ada di AXIS, jangan sampai melakukan pemutusan hubungan kerja atau hal buruk lainnya. Kondisi pasti akan membaik, jika saat krisis kebijakan yang dilakukan ‘kejam’, orang akan selalu ingat, begitu pula sebaliknya.

Adakah rencana aksi korporasi dalam 1-2 tahun mendatang?

Keinginan untuk menjadi nomor tiga tentu ada. Akan tetapi, hal yang lebih penting adalah melakukan bisnis dengan baik, berinvestasi dengan baik, dan membuat pelanggan bahagia dengan layanan kami. Untuk tahun depan layanan data akan semakin ditingkatkan, karena orang Indonesia suka berkomunikasi, termasuk ngobrol di telepon.

Kami saat ini sedang menunggu tambahan kanal 3G dari regulator. Ditargetkan bisa selesai pada akhir tahun atau awal tahun depan. Begitu kanal kedua diberikan, AXIS akan langsung meluncurkan akses internet berkecepatan 42 mega byte per second (Mbps). Saat ini dengan satu kanal yang dimiliki, AXIS baru bisa memberikan kecepatan akses 21 Mbps.

Ada juga beberapa kerja sama membangun base transceiver station (BTS) untuk meningkatkan dan memperkuat layanan.

Rencana lain adalah mendapatkan lisensi untuk layanan sambungan langsung internasional (SLI) karena kami percaya Indonesia butuh lebih banyak operator pemegang lisensi SLI, ideal lima operator sekarang baru ada tiga operator.

Bertambahnya operator akan menambah sehat iklim kompetisi sehingga harga layanan bisa lebih murah bagi masyarakat. SLI itu kan tidak hanya soal menelepon ke luar negeri. Akses data saat ini masih dominan tersambung ke luar negeri, mulai dari e-mail hingga sosial media seperti Facebook dan Twitter.

Apakah Anda sudah mempersiapkan masa pensiun?

Wah, saya tidak pernah memikirkan soal masa depan ke mana setelah dari AXIS, apalagi pensiun. Bagi saya yang paling penting adalah bersikap loyal mengeluarkan yang terbaik dari diri bagi perusahaan, selama 4 tahun terakhir ini, ya AXIS.

Usia saya juga baru 45 tahun.  Fokus saya saat ini adalah membangun culture perusahaan agar siapa pun CEO  (chief executive officer) atau direktur nantinya, AXIS sudah memiliki visi dan misi sehingga perusahaan bisa berjalan dengan baik, dan rasanya perusahaan ini sudah menemukan ritmenya.

Bagaimana Anda menyeimbangkan urusan keluarga dan pekerjaan?

Sudah sekitar 11 tahun saya berada di Asia, pertama kali pindah dari Eropa ke Asia cukup berat, namun tidak ada penyesalan.

Saya sangat senang berada di Indonesia, di sini orang memiliki hidup yang seimbang antara pekerjaan, keluarga, dan hiburan. Keluarga sudah saya boyong sejak pertama kali pindah, saat itu istri sedang hamil besar putra pertama kami. Kini, saya tinggal di apartemen dengan istri dan dua anak kecil berusia 4 tahun dan 2 tahun.

Indonesia tempat yang sangat menyenangkan, jangan hanya lihat Jakarta saja. Banyak kota kecil yang sangat menyenangkan dari sisi budaya, pemandangan, dan masyarakatnya. Sejauh ini paling berkesan Yogyakarta, Semarang, dan Palembang.

Siapakah tokoh idola Anda?

Banyak orang-orang terbaik di industri telekomunikasi yang saya kagumi, dari Indonesia maupun luar negeri. Saat ini, tipe pemimpin yang baik adalah David Cameron, Perdana Menteri Inggris. Ketika dia mengatasi krisis di London, Inggris pada Juli lalu, bagi saya itulah kualitas seorang pemimpin.

Biodata
Nama                     : Erik Aas
Tempat, tanggal alhir    : Hamar, Oslo, 17 September 1966

Karir

  • Oktober 2007 - sekarang  CEO PT AXIS Telekom Indonesia   
  • November 2004 - Oktober 2007 CEO Grameenphone (operator telekomunikasi Bangladesh)
  • 2002-2004 Chief Marketing Officer DiGiTelecommunications(operator telekomunikasi Malaysia)


Pendidikan

  • 2001 Meraih gelar Master of Business Administration dari IMD di Switzerland
  • 1991 Meraih gelar Master of Science dari NTNU di Trondheim, Norwegia


Sumber: Bisnis Indonesia

Tidak ada komentar: